ragamlampung.com — Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menggambarkan kekejaman pembersihan etnis di Rohingya, Myanmar. Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Zeid Ra’ad Al Hussein, mengatakan, Senin (11/9), kekerasan baru-baru ini yang dilakukan oleh negara terhadap minoritas Rohingya nampaknya “contoh buku teks tentang pembersihan etnis.”
Rohingya, sebuah kelompok Muslim tanpa negara di negara yang berpenduduk mayoritas beragama Budha, telah mengalami penganiayaan selama puluhan tahun. Munculnya tentara gerilyawan Rohingya tahun lalu, makin memperdalam kesengsaraan mereka.
Dua serangan terpisah dan fatal terhadap pasukan keamanan negara – pada 9 Oktober 2016 dan 25 Agustus 2017 – masing-masing memicu pembalasan militer yang ditandai pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, dan perpindahan massa warga sipil yang tidak berdosa.
Seperti dikutip dari Time, Selasa (12/9/2017), sejak serangan 25 Agustus, lebih dari 313.000 warga Rohingya dan penduduk desa lainnya melarikan diri melintasi perbatasan barat Myanmar melalui darat dan perairan mencari suaka di Bangladesh.
Ribuan warga Rohingya tiba tiap hari di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak di dekat Cox’s Bazaar, Bangladesh. Mereka berebut makanan, badan kurus, dan tak ada tempat untuk tidur.
Mereka kelelahan setelah berhari-hari berjalan bertelanjang kaki di atas pegunungan dan menyeberangi sungai. Banyak yang menderita luka tembak dan luka akibat serangan pembakaran.
Laporan baru mengklaim militer Myanmar meletakkan ranjau darat di sepanjang perbatasan, dan tentara menembaki warga sipil yang tidak bersenjata bahkan saat mereka mencoba melarikan diri.
Eksodus baru-baru ini adalah yang terbaru dalam beberapa gelombang migrasi massal selama empat dekade terakhir. Ini adalah yang terburuk. Pemerintah Myanmar mengatakan sekitar 400 orang tewas dalam konflik baru tersebut. Pejabat Bangladesh mengklaim jumlah korban tewas melebihi 3.000 orang.
Tak terhitung lainnya, sekarang berisiko mengalami kematian yang dapat dicegah di pemukiman pengungsi dan daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh pekerja bantuan kemanusiaan.
Jumlah total Rohingya yang sekarang berlindung di kamp-kamp di Bangladesh telah mencapai sekitar 700.000 orang, pendatang baru bergabung ratusan ribu orang melarikan diri dari kekerasan di tahun-tahun sebelumnya.
Populasi Rohingya yang pasti tidak diketahui (kelompok tersebut dikecualikan dari sensus 2014 di Myanmar, penghitungan pertama negara ini dalam lebih dari tiga dekade), namun jumlah orang yang mengungsi selama tiga minggu terakhir saja dapat mewakili hampir sepertiga dari perkiraan 1,1 juta Muslim Rohingya. (ar)
Leave a Reply