Petani Singkong di Dua Kabupaten Kian Susah Penuhi Kebutuhan Hidupnya

ilustrasi
Share :
ilustrasi
ilustrasi

ragamlampung.com — Petani singkong di Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) dan Mesuji, Lampung, kini makin kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, akibat anjloknya harga singkong hingga Rp400/kg. Bahkan, di Kabupaten Mesuji, petani singkong beralih menjadi kuli serabutan untuk meneruskan hidupnya.

Komoditas singkong selain karet, menjadi salah satu andalan petani Kabupaten Tubaba dan Mesuji. Singkong juga salah penyumbang terbesar pendapatan daerah itu.

Keterangan yang dihimpun, Senin (26/9/2016), petani singkong di dua kabupaten itu berharap pemerintah setempat melindungi nasib petani, dengan menstabilkan kembali harga singkong.

Jarwo (43), petani singkong di Kecamatan Tuba Udik, Tubaba, mengatakan, harga jual singkong saat ini tidak menentu. Harga yang berlaku hanya Rp600-Rp700/kg, bahkan pernah mencapai Rp400 per kilogram. “Kami sangat berharap harga stabil kembali, syukur-syukur naik lagi,” katanya, Senin (26/9/2016).

Menurut Jarwo, harga tersebut terbilang bagus daripada beberapa pekan lalu, tapi petani tetap merugi karena normalnya di atas Rp1.000/kg. “Gimana nasib petani kalau harga singkong seperti ini, sementara harga kebutuhan sehari-hari tidak pernah turun,” katanya.

Petani lainnya menuturkan, harga saat ini membuat mereka khawatir, karena terjadi dalam waktu lama. Rendahnya harga juga tidak sebanding dengan kerja keras petani.

“Kami berharap harga stabil lagi, harga seperti saat ini menyusahkan kami, apalagi kami banyak yang menyewa lahan milik orang lain. Artinya, membagi keuntungan lagi dengan pemilik lahan,” katanya.

Petani singkong di Tiyuh Kagungan Ratu, Kecamatan Tulangbawang Udik, mulai mengalihkan tanaman singkong ke tebu. Cara ini dianggap lebih menguntungkan dan tidak beresiko tinggi. Dalam satu hektare tanaman tebu bisa menghasilkan sekitar 100 ton dengan harga jual Rp500 per kilogram.

Di Kabupaten Mesuji, anjloknya harga singkong mengakibatkan petani daerah itu kehabisan modal dan beralih menjadi kuli serabutan. “Jika kami tanam singkong pasti rugi, belum lagi harga pupuk dan bajak serta perawatan yang besar,” kata Paino (50), petani singkong di Desa Fajar Baru, Kecamatan Panca Jaya, Mesuji.

Ia berharap pemerintah segera mencari solusi agar harga naik lagi dan petani tidak kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-harinya. (ar)

Share :