Harga Karet Anjlok, Petani Jadi Buruh Serabutan

petani karet di mesuji-ilustrasi
Share :

ragamlampung.com — Petani Kabupaten Mesuji kelimpungan mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu setelah harga karet terus anjlok hingga tidak sepadan lagi dengan biaya produksi.

Petani Desa Brasan Makmur, Kecamatan Tanjung Raya memilih menanam sayuran di ladang juga lahan persawahan baru. Ada juga petani memilih menjadi kuli bangunan dan kerja serabutan.
Parman (43), petani setempat menanam sayuran bisa menambah untuk membeli kebutuhan keluarganya.

Harga di tingkat pembeli hanya berkisar Rp5 ribu/kg, sementara getah karet campuran berkisar Rp4.000. Dengan kondisi tersebut, petani tak bisa berbuat banyak dan memilih alih kerja.

Jika harga getah karet satu kilonya hanya Rp5.000, berbanding terbalik dengan harga kebutuhkan pokok di pasar. “Satu kilogram getah karet belum bisa membeli satu kilogram beras, apalagi untuk

Sutris beralih profesi menjadi buruh bangunan. Ia tak bisa lagi mengandalkan harapan dari menyadap karet. Ia dan rekan-rekan seprofesi menjadi buruh bangunan. “Kami sangat tersiksa dengan kondisi seperti ini,” katanya.

Deshendri, (47), pengepul karet mengatakan, harga yang menurun akibat dampak menurunnya harga getah karet di pasaran dunia.

Sejak lima bulan terakhir, harga ini membuat petani tidak bergairah untuk menyadap, dan diperparah harga kebutuhan sehari-hari semakin merangkak naik. “Bahkan pasokan di gudang saya menurun akibat banyak nya petani karet yang beralih profesi jadi buruh bangunan dan
banyak kebun karet ditebangi diganti tanaman lain,” katanya. (ar)

 

Share :